UPDATE 22 Desember 2011 :
Anak yang saya ceritakan disini, saat ini sudah berusia 16 tahun dan kuliah di Teknik Informatika Universitas Brawijaya Malang……tidak ada lagi puisi ataupun surat kecil darinya di Hari Ibu ….tetapi kelembutan dan pengertiannya pada ibunya semakin diperlihatkan dengan berbagai cara……..dan postingan ini selalu menjadi pengingat manis tentang Hari Ibu bertahun lalu…….sedangkan sang adik, juga bertumbuh dewasa dan menyayangi ibunya dengan cara yang berbeda juga…….
*****
Pagi hari tepat di tanggal 22 Desember ini, aku tidak banyak berpikir tentang hari ini saat bangun mempersiapkan rutinitas harian. Aku tahu hari ini tentang apa. Satu-satunya alasan aku tidak menganggapnya istimewa, adalah karena hari ini diperuntukkan wanita-wanita istimewa. Wanita-wanita dengan segudang prestasi, dengan segudang kasih dan pengorbanan bagi keluarganya, dengan banyak perbuatan besar yang nyata terlihat. Dan aku, tidak ada di daftar itu. Ketika aku menunjukkan rasa lelah pada suami dan anak-anak, aku selalu berpikir, tidak selayaknya hal itu terjadi. Ketika aku menyatakan kekecewaan untuk sebuah harapan yang dibangun bersama, aku selalu berpikir seharusnya aku punya rasa maklum yang lebih dari yang diharapkan. Atau ketika aku kurang suka dengan tingkah anak-anak yang kurang bertanggungjawab pada tugas, aku berpikir seharusnya aku punya hati seluas samudra untuk bersabar. Maka, aku merasa belum banyak berbuat untuk buah hatiku, permata hati dan kekasihku. Maka, hari ini bukan untukku.
Kenyataannya, pagi ini aku disodori sebentuk surat dalam amplop putih. Di bagian muka amplop itu tertulis:
Dari : Ari
Untuk : Ibuku Tersayang
Kepada Ibuku yang mengasuhku selama ini, kuucapkan selamat hari ibu. Semoga sehat selalu dan tak pernah lupa padaku dan kenangan selama ini bersama keluarga. Maafkan aku yang selama ini belum mengucapkan terima kasih, maka bersama surat ini aku mengucapkan terima kasih atas jasamu selama ini. Mungkin hanya ini yang bisa kuberi sampai saat ini untuk berterima kasih karena semua jasa orang tuaku tak akan terbalas olehku sampai kapanpun. Dengan penuh rasa sayang dan terimakasih kuucapkan lagi, Selamat Hari Ibu.
Bukan cara menulis surat yang benar, karena surat itu ditempel , sekali lagi, di bagian depan amplop. Tapi ini menjelaskan hal lain, yaitu bahwa di dalam amplop itu terlipat kertas putih berisikan puisi ungkapan perasaan , seperti ini :
BERTAHUN-TAHUN PULA AKU TAK BERTERIMA KASIH
AKU TELAH LUPA AKAN JASA IBUKU
AKU TELAH LUPA SEMUA DOSAKU PADA IBUKU
IBU….
SEMBILAN BULAN ENGKAU BERJUANG MENGANDUNGKU
LALU ENGKAU BERTARUH NYAWA MELAHIRKANKU
PERJUANGANMU SUNGGUH BERAT IBUKU
MAAFKAN AKU IBUKU….
AKU TAK PERNAH BERTERIMA KASIH ATAS JASAMU
IBU,
MAAFKAN ANAKMU YANG BANYAK BERDOSA PADAMU INI
SEKARANG, AKU AKAN BERTERIMA KASIH PADAMU
ATAS SEGALA JASAMU YANG TAKKAN BISA KUBALAS
SAMPAI KAPANPUN
Dan kerongkongan yang sakit karena tercekat keharuan.
Ketika akhirnya kami akan berjalan ke ruang makan, aku cuma mengucapkan terima kasih untuk perhatiannya dan kucium puncak kepalanya. Adiknya, melingkarkan lengannya di pinggangku dan menyembunyikan kepalanya di perutku.
Satu yang aku tahu, betapapun aku tidak merasa punya banyak arti atau belum banyak berbuat untuk mereka, tapi tidak begitu di mata kekasih-kekasih kecilku. Dan betapa terkejutnya aku ketika menyadari aku lalu memiliki energi besar untuk percaya diri bahwa aku ada di daftar para ibu. Dan membuatku kemudian bergirang hati untuk saling mengucapkan selamat untuk ibu-ibu lain, baik melalui SMS ataupun sapaan dalam shoutbox.
Dan inilah yang ingin kuucapkan :
yang selalu memiliki cinta kasih,
yang tak akan pernah habis untuk dibagi,
SELAMAT HARI IBU….”
Komentar Terbaru