To Infinity and…………beyoooonnnnnddd !!!

29 12 2009

To infinity….and beyooooonnnndddd !!!!!!!!!!

Hah…….teriakan itu mungkin sudah usang.  Dari mulut Buzz Lightyear di film Toy Story ketika  ingin membuktikan bahwa dirinya bisa terbang. Kenyataannya, memang Buzz Lightyear lalu tertunduk kecewa. Terpuruk dalam dan seperti hilang jati diri. Tapi pentingkah bisa terbang?

Aku tidak tahu apakah memang penting seorang manusia itu bisa terbang atau tidak. Yang pasti, terkadang keinginan itu ada dalam dadaku. Konf lik fakta bahwa aku juga takut dengan ketinggian perlu dilupakan dan dihapus sama sekali dari memori. Hanya satu yang terdengar gaungnya, aku ingin terbang……….

Pada langit luas itu, di atas sana, tak ada keterbatasan. Oksigennya begitu banyak untuk dihirup dan dihembuskan lagi, mengembangkan paru-paru beberapa kali lipat volumenya. Dan sensasi rasa yang mengikuti setiap gelembung paru-paru itu kemudian adalah……………sebuah rasa bebas yang tak terperi. Senang yang tak terkira dan tak mampu dikalahkan oleh segunung hisapan marijuana atau apapun namanya yang dipilih oleh para pemadat.

Aku ingin kesana…..duduk di atas awan. Menikmati hujan dari tekanan jariku pada awan yang menjadikannya air…….bergulung dalam ketebalannya dan berlindung dari sengatan petir yang kuminta sendiri pada Tuhan untuk dinyalakan saklarnya, cuma untuk mewakili perasaanku yang ingin berteriak, tetapi malu.

Tuhan,………..duh Gustiku……Kau tahu bahwa dadaku tak mampu menampung rasa ini. Percikan-percikannya saja mampu menghangatkan ruang udara di sekelilingku. Apa yang bergumul di dalam sini, sulit untuk kuungkapkan. Dan jika saja kuas besar ada di tanganku, goresan pelangiMu mungkin akan tersaingi olehku. Tidak, aku tak bermaksud durhaka……..hanya bersuara sekehendak hati saja, ampuni aku…..

Tuhan, inilah rasa di dadaku……….jika harus kupergi ke tanah baru yang harus kupijak bersamanya di tahun depan nanti……..mungkin itu yang kucari. Bokongku menghangat disini, memang. Dan kuingin tidak hanya memandang langit lain dari jendela dan tempatku duduk disini, tetapi sungguh kesana. Aku mau…………..dan itulah sisi rasaku yang ingin berkelana.

Tapi lihatlah …………. disini adalah istana, apapun wujudnya. Yang kami buat dengan keringat dan airmata demi rambut putih kami yang kini pun sudah muncul disana sini. Dan kekasih-kekasih kecil kami, permata hati kami yang selalu kecil di mata kami………..mereka belum selesai mempersiapkan tunas untuk berakar di tanah yang lain. Akar mereka yang lembut masih selalu menggayuti kaki kami.  Dan inilah rasa hati yang lain……….rengkuhan tangan kami yang tak mungkin kami lepaskan.  Lalu mengapa pintu kelana ini terbuka lagi di persimpangan.

Dadaku tak sanggup menahannya………gelombangnya terlalu tinggi untuk dibendung hingga kubutuh langitmu untuk kusinggahi…..dan menitipkan rasa ini di puncak awan yang tak terlihat. Dan aku harus terbang………….pada sebuah kebebasan tak terperi…………sebelum aku sungguh-sungguh mengamini bait-bait lirik lagu yang kau buatkan khusus untukku. Supaya aku mampu menyanyikannya tanpa sumbang…………….

………..ataukah kau bilang, cukup bagiku meloncat-loncat kecil di lantai ini saja…………………….





…..sebuah hati…….sebuah makna…..

22 12 2009

Kopi  dan hujan deras pagi hari 22 Desember ini, aromanya berbeda…..sama, tapi terasa berbeda…paduan keduanya melemparkan saya pada sebuah refleksi diri yang tak habis saya kupas, dan tak tahu dimana harus berhenti.

Sejak kemarin, semua orang yang mampu saya pandangi berkata tentang istimewanya hari ini. Ungkapan kasih dan cinta sudah terburai bahkan sebelum matahari tanggal 22 Desember menampakkan diri.  Tentang sebuah hati, tentang sebuah peran, cinta, tanggungjawab,…..dan lebih nyata lagi, tentang sebuah sosok. Ibu. Hari Ibu, bagi semua ibu  Indonesia.

Sesungguhnya, sebagai pribadi dan sebagai seorang ibu, saya tidak pernah merasa harus mengistimewakan hari ini. Bahkan ketika harus bicara tentang rasa terimakasih pada ibu saya,  tidak juga saya merasa harus melakukannya hari ini. Dalam setiap detik kehidupan saya, rasa terimakasih itu ada dan tak terucapkan dalam untaian kata. Saya memegangnya sebagai  dzikir, dan semoga Gusti menerima dzikir saya ini. Lalu memandang diri saya sendiri sebagai ibu…….saya bahkan tak punya kalimat apa-apa.

Ketika seorang kawan, wanita tanpa anak, bertanya tentang definisi Ibu…..saya cuma menunduk. Apakah yang memiliki anak? Ataukah yang mengasuh anak meski bukan dari rahimnya? Ataukah semua wanita yang sudah menikah? Atau bahkan untuk semua wanita? Benar-benar saya menunduk. Janji Allah bahwa surga berada di telapak kaki Ibu, mungkin itulah yang membuat semua perempuan ingin menggapainya.  Jika sesederhana itu, maka lahirkan saja bayi dan tidak peduli apa yang dilakukan kemudian tidak akan menghapuskan surga itu. Saya hanya membayangkan sebuah wajah wanita yang terlalu mendongak jika itu benar. Dan meranalah mereka yang tidak beruntung memiliki rahim emas.

Sebagai sebuah hati, kelelahan seringkali datang.Dan di ujungnya terciptalah keluhan. Tetapi surga tetap melekat di telapak kaki seberapa panjang pun keluhan itu. Duh Gusti, saya semakin tidak berani mengangkat kepala dan meminta ungkapan selamat. Saya tak berani meminta waktu untuk merayakannya dengan meninggalkan tugas keibuan dalam satu hari ini.

Dalam derasnya hujan, saya mempertanyakan cinta saya sendiri untuk permata-permata hati dan belahan jiwa saya. Sudahkah cinta saya tak bertepi? Masihkah saya mau tersenyum ketika mereka datang di awal pagi dengan permasalahan mereka? Sudah cukupkah saya menenteramkan hati mereka ketika gundah? Ataukah keluhan saya yang membebani mereka?

Tuhan mendengarkan harapan saya yang ingin menguji keibuan saya sendiri. Diam-diam, saya tersenyum dan bersyukur. Permasalahan yang datang pagi ini menawarkan sebuah jalan untuk saya membuktikan besarnya  rasa cinta yang ada buat kekasih-kekasih kecil dan belahan jiwa saya. Saya ingin menjalaninya dengan diam dan sederhana, tidak berlebihan selain menerima. Agar pantas surga itu berada di telapak kaki ini. Dan saya tidak membutuhkan hari  atau sebutan apapun untuk mengingatkan bahwa memiliki hati seorang ibu adalah yang paling berharga untuk saya yakini dan maknai……….